- Indonesia sebagai negara keupulauan (nusantara) memiliki ciri-ciri khusus, yang berbeda dengan negara tetangga ASEAN, bahkan berbeda dengan negara-negara laindi dunia sehingga perekonomiannya memiliki karakteristik sendiri.
-
Yang mempengaruhi karakteristik
perekonomian Indonesia :
3.
Faktor geografi
·
Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 13.677 pulau besar – kecil (baru
6.044 pulau memiliki nama, diantaranya 990 pulau yang dihuni manusia);
terbentang dari 60LU sampai 110LS sepanjang 61.146 km.,
memiliki potensi ekonomi yang berbeda-beda karena perbedaan SDA, SDm, kesuburan
tanah, curah hujan (Sutjipto, 1975).
·
Wilayah Indonesia seluas
5.193.250 km2, 70 persennya (± 3,635,000 km2) terdiri
dari lautan (menjadi negara bahari) letaknya strategis karena : memiliki posisi
silang (antara Benua Asia dan Benua Australia), menjadi jalur lalulintas dunia
(antara Laut Atlantik dan Laut Pasifik) dan menjadi paru-paru dunia (memiliki
hutan tropis terbesar).
·
Menghadapi kesulitan komunikasi
dann transportasi antar pulau (daerah) baik untuk angkutan barang maupun
penumpang; arus barang tidak lancar; perbedaan harga barang yang tajam;
perbedaan kesempatan pendidikan dan kesempatan (lapangan) kerja; kesemuanya itu
merupakan potensi kesenjangan.
4.
Faktor Demografi
·
Indonesia negara nomor 4 di
dunia karena berpenduduk lebih dari 310 juta orang. Penyebaran penduduk tidak
merata (dua per tiga tinggal di P. Jawa), sebagian besar hidup di pedesaan
(pertanian), bermata pencairan sebagai petani kecil dan burah tani dengan upah
sangat rendah.
·
Mutu SDM rendah : ± 80%
angkatan kerja berpendidikan SD. Produktivitas rendah karena taraf hidup yang
rendah: konsumsi rata-rata penduduk Indonesia RP 82.226 per bulan (1993), namun
82% penduduk berpendapatan di bawah RP 60.000 per bulan per kapita (Sjahrir,
1996).
·
Indonesia yang berpenduduk
lebih dari 210 juta orang membutuhkan berbagai barang, jasa dan fasilitas hidup
dalam ukuran serba besar (pangan, sandang, perumahan dan lain-lain). Namun
dilain pihak kemampuan kita untuk berproduksi (produktivitasnya) rendah. Hal
ini akan menciptakan kondisi munculnya rawan kemiskinan.
5.
Faktor sosial, budaya dan politik
·
Sosial : Bangsa Indonesia
terdiri dari banyak suku (heterogin) dengan beraagam budaya, adat istiadat,
tata nilai, agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Karena perbedaan latar
belakang, pengetahuan dan kemampuan yang tidak sama, maka visi, persepsi,
interpretasi dan reaksi (aksi) mereka terhadap isu-isu yang sama bisa
berbeda-beda, yang sering kali menimbulkan konflik sosial (SARA).
·
Budaya : Bangsa Indonesia
memiliki banyak budaya daerah, tapi sebenarnya kita belum memiliki budaya
nasional (kecuali bahasa Indonesia). Namun sebagai salah satu bangsa “Timur”
(bangsa yang merdeka dan membangun ekonomi sejak akhir Perang Dunia II),
mayoritas bangsa Indonesia sampai sekarang masih terpengaruh (menganut)
“budaya” Timur, budaya status orientation. Budaya status orientation
bercirikan: semangat hidupunya mengejar pangkat, kedudukan, status (dengan
simbol-simbol sosial); etos kerjanya lemah; senang bersantai-santai; tingkat
disiplinnya rendah, kurang menghargai waktu (jam karet). Lawannya “budaya”
barat, budaya achievement orientation dengan ciri-ciri sebaliknya.
·
Budaya status orientationn
tidak produktif, konsumtif, suka pamer dan mudah memicu kecemburuan sosial.
·
Politik : sebelum kolonialis
Belanda datang, bangsa Indonesia hidup di bawah kekuasaan raja-raja. Ratusan
tahun bangsa Indonesia hidup di bawah pengaruh feodalisme dan kolonialisme.
Ciri utama feodalisme antara lain adalah kultus individu (raja selalu
diagungkan). Ciri utama kolonialisme antara lain adalah otoriter (laksana tuan
terhadap budak).
·
Sisa-sisa pengaruh feodalisme
(kultus individu) dan pengaruh kolonialisme (otiriter) sampai sekarang belum
terkikis habis. Hal ini sangat terasa pada percaturan dan pergolakan politik di
Indonesia. Perilaku yang kurang demokratis dari para elit politik dan perilaku
kurang menghargai HAM dari para penguasa, menghambat kelancaran proses
demokratisasi politik di Indonesia. Pada gilirannya hal ini menghambat
terciptanya demokrasi ekonomi.
·
Dari uraian pengaruh
faktor-faktor di atas dapat disimulkan bahwa perekonomian Indonesia mengandung
tiga potensi kerawanan.
·
Tiga potensi kerawanan yang
menjadi karakteristik perekonomian Indonesia adalah:
1)
Potensi rawann kesenjangan,
terutama kesenjangan antara daerah (pulau). Hal ini terutama sebagai akibat
pengaruh faktor geografi.
2)
Potensi rawan kemiskinan,
terutama kemiskinan di darah pedesaan. Hal ini terutama sebagai akibat pengaruh
faktor demografi dan faktor budaya.
3)
Potensi rawan perpecahan,
terutama perpecahan antar suku, antar golongan (elit) politik. Hal ini terutama
sebagai akibat pengaruh faktor sosial-politik..
B. PILIHAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
- Strategi pembangunan dengan pertumbuhan terbukti gagal menyelesaikan persoalan-persoalan dasar pembangunan. Dalam kiprahnya strategi itu justru menciptakan persoalan-persoalan seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kesenjangan antar pelaku ekonomi (Budi Santoso, 1997).
-
Konsep pertumbuhan ekonomi
menurut Boediono adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang.
Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi bisa kita definisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono,
1982).
-
Joseph Schumpeter membedakan
dua latihan yaitu pertumbuhan ekonomi (growth) dan perkembangan ekonoim
(development). Kedua-duanya adalah sumber dari peningkatan output masyarakat,
tetapi masing-masing mempunyai sifat yang berbeda (Boedino, 1982).
3.
Strategi Pertumbuhan ekonomi
(Economic Growth)
·
Pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan ouptut masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya
perubahan cara-cara atau “teknologi” produksi itu sendiri.
·
Indonesia menganut strategi
pertumbuhan ekonomi dan dalam melaksanakan pembangunan memakai Model Harrod
Domar. Menurut kedua ekonomi ini, setiap penambahan stock kapital masyarakat
(K) meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Qp).
di sini Qp menunjukkan output yang potensial bisa dihasilkan dengan
stock kapital (kapasitas produksi) yang ada.
·
Hubungan K dan Qp :
Qp = hK atau 1/h = K/Qp
1/h = Capital output ratio (COR)
koefisien ini menunjukkan untuk menghasilkan setiap unit output
diperlukan berapa unit kapital.
Karena hubungan antara K dan Qp adalah proposional, maka :
DQp : Qp = hDK atau 1/h = DK/DQp
1/h = Incremeental capital
output ratio (ICOR)
koefisien ini menunjukkann untuk menghasilkan tambahan setiap unit
output diperlukan berapa unit tambahan kapital (investasi)
·
Konsekuensi strategi
pertumbuhan adalah bahwa besar kecilnya laju pertumbuhan ekonomi sangat
tergantung pada naik turunnya tingkat investasi. Contoh : petro dollar
(kelebihan harga minyak) pertumbuhan ekonomi melonjak drastis dari 2,5%
(sebelum dimulai Pelita) menjadi 7,0% (selama Pelita I, II dan Pertengahan
Pelita III). Tapi mulai pasca Oil Boom maka pertumbuhan ekonom merosot sampai
2,5% (bersamaan resesi dunia tahun 1982) dan baru pulih kembali pada awal
Pelita V mencapai 7,1% (1990).
·
Sejak krisis moneter
pertengahan tahun 1997 dimana terjadi capital flight besar-besaran, pertumbuhan
ekonomi merosot dengan cepat, masingmasing 8,5%, 6,8%, 2,5% dan 1,4% (untuk
triwulan I, II, III, dan IV tahun 1997). Tahun 1998 pertumbuhan menjadi
negatif.
4.
Strategi Perkembangan Ekonomi
(Economic Development)
-
Perkembangan ekonomi adalah
kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh entreprener
(wiraswastaan). Inovasi menyangkut perbaikan kualitatif dari sistem ekonomi itu
sendiri, yang bersumber dari kreativitas para wiraswastawan.
-
Syarat-syarat terjadinya
inovasi (perkembangan ekonomi)
(1)
Harus tersedia cukup
calon-calon pelaku inovasi (entreprenur) di masyarakat
(2)
Harus ada lingkungan sosial,
politik dan teknologi yang bisa menjadi tempat subur bagi semangat inovasi
(3)
Harus ada cadangan atau supplai
ide-ide baru secara cukup.
(4)
Harus ada sistem prekreditan
yang bisa menyediakann dana bagi para entrepreuner.
-
Ada lima kegiatan yang termasuk
inovasi, yaitu :
(1)
Diperkenalkannya produk baru
yang sebelumnya tidak ada.
(2)
Diperkenalkannya cara produksi
baru, mesin baru
(3)
Penemuan sumber-sumber bahan
mentah baru.
(4)
Pembukaan daerah-daerah pasar
baru
(5)
Perubahan organisasi industri
sehingga meningkatkan efisiensi.
-
Disini ada perubahan sistem
ekonomi sehingga dari waktu ke waktu kegiatan-kegiatan ekonomi berjalan maini
efisien, yang mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sehingga pertumbuhan
ekonomi tidak semata-mata tergantung pada tingkat investasi.
3.
Strategi Pembangunan Berwawasan
Nusantara
-
Wawasan adalah pandangan hidup
suatu bangsa yang dibentuk oleh kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan hidup
bangsa Indonesia adalah pulau atau kepulauan yang terletak di antara samudera
pasifik dan atlantik, di antara benua Asutralia dan Asia (Nusantara).
-
Pembangunan berwawasan
nusantara sebenarnya tidak lain adalah pembangunan yang berwawasan ruang.
Pembangunan berwawasan ruang (ekonomi regonal) tersirat dalam argumentasi
Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan sebab-sebab daerah miskin kurang mampu
berkembang secepat seperti yang terjadi di daerah yang lebih kaya (Suroso,
1994).
-
Dilihat dari dimensi
ekonomi-regional, Indonesia menghadapi dilema dualisme teknologis, yakni
perbedaan dan ketimpangann mengenai pola dan laju pertumbuhan di antara
berbagai kawasan dalam batas wilayah
satu negara. Dilema teknologis menonjol karena adanya asimetri (ketidakserasian) antara lokasi
penduduk dan lokasi sumber alam (Soemitro Djojohadikusumo, 1993).
-
Menurut Laoede M. Kamaludin,
penataan ruang di masa datang sebaiknya tidak hanya mengacu pada daratan, namun
juga harus berorientasi pada penataan ruang kemaritiman. Sedikitnya terdapat
tiga pendekatan yang dapat dikembangkan :
§ Pembangunan ekonomi berbasis teknologi tinggi, pusat pendidikan,
jasa dan pariwisata. Ini tepat diterapkan di P. Jawa, Bali dan Batam.
§ Pembangunan ekonomi yang berbasis potensi kelautan. Ini lebih tepat
dikembangkan di kawasan timur Indonesia dan kepulauan kecil di Sumatera.
§ Pembangunan ekonomi berbasis sumber daya mineral dan tanaman
industri dapat dikembangkan di pulau Sumatera (Kompas, 25-5-1999)
-
Mengapa pembangunan berwawasan
nusantara penting. Seiring dengan makin berkembangnya dan makin membesarnya
jumlah penduduk maka kita perlu memanfaatkan ilmu dan teknologi untuk menggali
persediaan bahan mentah dan sumber-sumber energi yang masih tersimpan banyak
dalam flora dan fauna di lautan. Dalam waktu mendatang laut akan merupakan
ladang utama dalam manusia mencari bahan makanan dan keperluan hidup (Sutjipto,
1995).
Dua pertiga wilayah Indonesia berupa lautan. Sumber daya hayati
Indonesia memiliki potensi lestari 4 juta ton dalam airlaut, 1,5 ton dalam air
budidaya, 0,8 juta ton dalam air tawar (Kartili, J, A., 1983).
C. PERAN DAN KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH
1. Peran Pemerintah
-
Peran atau campur tangan pemerintah
dalam perekonomian ada yang bersifat kuat (negara sosialis), ada yang lemah
(negara kapitalis). Indonesia menganut sistem ekonomi campuran dengann
mengutamakan berlangsungnya mekanisme pasar sepanjang tidak merugikan
kepentingan rakyat banyak.
-
Campur tangan pemerintah dapat
dibenarkan secara konstitusional :
(1)
Dari isi pembukaan UUD 1945
dengan Pancsilanya, dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang diselenggarakan
oleh pemerintah haruslah diarahkan untuk :
(a)
Memajukan kesejahteraan umum
(b)
Memajukan kecerdasan kehidupan
bangsa
(c)
Mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat
(2)
Pasal 33 UUD 1945 bersama
dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat 2 mengandung amanat kepada pemerintah untuk
menyelenggarakan kesejahteraan sosial seluruh rakyat melalui :
(a)
Penguasaan cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.
(b)
Penguasaan bumi, air dan
kekayaan alam yang ada di dalamnya.
(c)
Pemeliharaan fakir miskin dan
anak-anak terlantar
(d)
Penyediaan lapangan kerja
2.
Kebijaksanaan Pemerintah
-
Tujuan utama atau akhir
kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat
kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat
tercapai bila tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan
distribusi pendapatan yang retif merata. Tujuan ini tidak bisa tercapai hanya
dengan kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non kebijakan ekonomi
saja. Diperlukan juga kebijakan non ekonomi, seperti kebijakan sosial yang
menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan ekonomi dan kebijakan non ekonom harus saling mendukung.
Lihat gambar (tulus Tambunan, 1996
Klasifikasi kebijakan
ekonomi menurut tingkat agregasi atau ruang lingkup pengaruh/ ssaran
KEBIJAKAN MAKRO
-
Selain itu kebijakan ekonomi mempunyai
intermediate target sebelum mencapai tujuan akhir. Sasaran perantara tersebut
mencakup lima hal utama :
(1)
Pertumbuhan ekonomi (misalnya
PDB atau pendapatan nasional)
(2)
Distribusi pendapatan yang
merata
(3)
Kesempatan kerja sepenuhnya
(4)
Stablitas harga dan nilai tukar
(5)
Keseimbangan neraca pembayaran
Lima sasaran ini erat kaitannya dengan masalah stabilitas ekonomi.
-
Tiga macam kebijakan Ekonomi
(menurut agregasinya) :
(1)
Kebijakan ekonomi mikro
-
Kebijakan pemerintah yang
ditujukan pada semua perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan
oleh atau disektor mana dan diwilayah mana perusahaan yang bersangkutan
beroperasi.
-
Contohnya :
(a)
Peraturan pemerintah yang
mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer dengan para pekerja), kondisi kerja
dalam perusahaan.
(b)
Kebijakan kemitraan antara
perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua sektor ekonoim
(c)
Kebijakan kredit bagi
perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
(2)
Kebijakan Ekonomi Meso
-
Kebijakan ekonomi sektoral atau
kebijakan ekonomi regional. Kebijakan sektoral adalah kebijakan ekonomi yang
khusus ditujukan pada sektor-sektor tertentu.s etiap departemen mengeluarkan
kebijakan sendiri untuk sektornya, seperti keuangan, distribusi, produksi, tata
niaga, ketenaga kerjaan dan sebagainya.
-
Kebijakan meso dalam arti
regional adalah kebijakan ekonomi yang ditujukan pada wilayah tertentu.
Misalnya kebijakan pembangunan ekonomi di kawasan timur Indonesia (KTI), yang
mencakup kebijakan industri regonal, kebijakan investasi regional dan
sebagainya. Kebijakan ini bisa dikeluarkan pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
(3)
Kebijakan Ekonomi Makro
-
Kebijakan ini mencakup semua
aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya kebijakan uang ketat (kebijakan
moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi kebijakan meso (sektoral atua
regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif.
-
Instrumen yang digunakan untuk
kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran pemerintah
melalui APBN, ketetapan pemerintah dan intervensi langsung di pasar valuta
untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus
Tambunan, 1996).
-
Kebijakan ekonomi juga bisa
dibedakan antara kebijakan ekonomi dalam negeri dan kebijakan ekonomi luar
negeri.
a.
Kebijakan Ekonomi dalam Negeri
(1)
Kebijakan sektor ekonomi,
seperti pertanian, industri dan jasa-jasa
(2)
Kebijakan keuangan negara,
seperti perpajakann, bea cukai, anggaran pemerintah (APBN).
(3)
Kebijakan moneter perbankan,
seperti jumlah uang beredar, suku bunga, inflasi, perkreditan, pembinaan dan
pengawasan bank.
(4)
Kebijakan ketenagakerjaan,
seperti penetapan upah minimum, hubungan kerja, jaminan sosial
(5)
Kebijakan kelembagaan ekonomi,
seperti BUMN, koperasi, perusahaan swasta, pemberdayaan golongan ekonomi lemah
(UKM), dan lain-lain kebijakan.
b.
Kebijakan hubungan ekonomi luar
negeri
(1)
Kebijakan neraca pembayaran,
seperti pengamanan cadangan devisa negara.
(2)
Kebijakan perdagangan LN,
seperti tata-niaga (ekspor dan impor), perjanjian dagang antar negara.
(3)
Kebijakan penanaman modal
asing, seperti perizinan investasi langsung, investasi tidak langsung,
usaha-usaha patungan.
(4)
Kebijakan hutang LN, menyangkut
hutang pemerintah, hutang swasta, perundingan/ perjanjian dengan para kreditor,
dan lain-lain kebijakan.
3.1. DAFTAR BACAAN
1.
Boediono, Teori Pertumbuhan
Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 1982.
2.
Suroso, P.C., Perekonomian
Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia, Jakarta, 1994.
3.
Djojohdikusumo, Soemitro, Dasar
Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1993.
Sjahrir, “Kemiskinan, Keadilan dan Kebersamaan”,
Makalah pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Ke-13, Medan, 1996
0 Comments