EtnografiYunaniethnos
“rakyat” dan graphia “tulisan”
adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial,
terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi,
juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat,
kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi,
perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya
material dan spiritual mereka. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan
data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan data biasanya
dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner.
Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari
(misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan.
Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau
"laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk
"etnografi".
A.
KAJIAN
ETNOGRAFI
1)
Ciri-ciri
Etnografi
Model etnografi adalah penelitian
untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Model ini berupaya
mempelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subyek sebagai
obyek studi. Studi ini akan terkait begaimana subyek berpikir, hidup, dan
berperilaku. Tentu saja perlu dipilih peristiwa yang unik yang jarang teramati
oleh kebanyakan orang.
Penelitian etnografi adalah kegiatan
pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik
mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda
kebudayaan dari suatu masyarakat. Berbagai peristiwa dan kejadian unik dari
komunitas budaya akan menarik perhatian peneliti etnografi. Peneliti justru
lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan, dan sangat respek pada cara
mereka belajar tentang budaya. Itulah sebabnya pengamatan terlibat menjadi penting
dalam aktivitas penelitian.
Model etnografi cenderung mengarah
ke kutub induktif, konstruktif,
transferabilitas, dan subyektif. Kecuali itu, juga lebih menekankan
idiografik, dengan cara mendeskripsikan budaya dan tradisi yang ada. Etnografi
pada dasarnya lebih memanfaatkan teknik pengumpulan data pengamatan berperan
serta (partisipant observation). Hal ini sejalan dengan pengertian istilah
etnografi yang berasal dari kata ethno
(bangsa) dan graphy (menguraikan atau menggambarkan). Etnografi merupakan
ragam pemaparan penelitian budaya untuk memahami cara orang-orang berinteraksi
dan bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari.
Etnografi lazimnya bertujuan untuk
menguraikan budaya tertentu secara holistik, yaitu aspek budaya baik spiritual
maupun material. Dari sini akan terungkap pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk setempat. Hal ini cukup bisa, dipahami, karena melalui etnografi akan
mengangkat keberadaan ‘ senyatanya dari fenomena budaya. Dengan demikian akan
ditemukan makna tindakan budaya suatu komunitas yang diekspresikan melalui apa
saja.
Ciri-ciri penelitian etnografi
adalah analisis data yang dilakukan secara holistik, bukan parsial. Ciri-ciri lain seperti dinyatakan Hutomo
(Sudikan, 2001:85-86) antara lain:
a) sumber data bersifat ilmiah, artinya
peneliti harus memahami gejala empirik (kenyataan) dalam kehidupan sehari-hari
b) peneliti sendiri merupakan instrumen
yang paling penting dalam pengumpulan data
c) bersifat pemerian (deskripsi),
artinya, mencatat secara teliti fenomena budaya yang dilihat, dibaca, lewat apa
pun termasuk dokumen resmi, kemudian mengkombinasikan, mengabstrakkan, dan
menarik kesimpulan
d) digunakan
untuk memahami bentuk-bentuk tertentu (shaping), atau studi kasus
e) analisis
bersifat induktif
f) di
lapangan, peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya
g) data dan
informan harus berasal dari tangan pertama;
h) kebenaran
data harus dicek dengan dengan data lain (data lisan dicek dengan data tulis)
i)
orang yang dijadikan subyek penelitian disebut partisipan
(buku termasuk partisipan juga), konsultan, serta teman sejawat
j)
titik berat perhatian harus pada pandangan emik,
artinya, peneliti harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti
dari orang yang diteliti, dan bukan dari etik
k) dalam
pengumpulan data menggunakan purposive sampling dan bukan probabilitas
statistic
l)
dapat menggunakan data kualitatif maupun
kuantitatif, namun sebagian besar menggunakan kualitatif.
Dari ciri-ciri tersebut, dapat
dipahami bahwa etnografi merupakan model penelitian budaya yang khas.
Etnografi memandang budaya bukan semata-mata sebagai produk, melainkan proses.
Hal ini sejalan dengan konsep Marvin
Harris (1992:19) bahwa kebudayaan akan menyangkut nilai, motif, peranan moral
etik, dan maknanya sebagai sebuah sistem sosial. Kebudayaan tidak hanya cabang
nilai, melainkan merupakan keseluruhan institusi hidup manusia. Dengan kata
lain, kebudayaan merupakan hasil belajar manusia termasuk di dalamnya tingkah
laku. Karena itu, menurut Spradley (1997:5) etnografi harus menyangkut hakikat
kebudayaan, yaitu sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang
untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.
Itulah sebabnya etnografi akan mengungkap seluruh tingkah laku sosial budaya
melalui deskripsi yang holistik.
2)
Deskripsi
Mendalam
Penentuan sampel pada penelitian
kualitatif model etnografik, ada lima jenis yaitu:
a) seleksi
sederhana,artinya seleksi hanya menggunakan satu kriteria saja, misalkan
kriteria umur atau wilayah subyek
b) seleksi komprehensif, artinya
seleksi bedasarkan kasus, tahap, dan unsur yang relevan
c) seleksi quota, seleksi apabila
populasi besar jumlahnya, untuk itu populasi dijadikan beberapa kelompok
misalnya menurut pekerjaan dan jenis kelamin
d) seleksi menggunakan jaringan,
seleksi menggunakan informasi dari salah satu warga pemilik budaya
e) seleksi dengan perbandingan
antarkasus, dilakukan dengan membandingkan kasus-kasus yang ada, sehingga
diperoleh ciri-ciri tertentu, misalnya yang teladan, dan memiliki pengalaman
khas.
Dari lima cara tersebut, peneliti
budaya model etnografi dapat memilih salah satu yang paling relevan dengan
fenomena yang dihadapi. Namun demikian, menurut pertimbangan penulis, seleksi
secara komprehensif dipandang lebih
akurat dibanding empat kriteria seleksi yang lain. Melalui seleksi secara
komprehensif, peneliti akan mampu menentukan langkah yang tepat sejalan dengan
apa yang diteliti. Yang lebih penting lagi, jika harus mengambil sampel,
sebailrnya dilakukan secara pragmatik dan bukan secara acak. Peneliti perlu
tahu konteks masyarakat yang diteliti, tanpa membawa prakonsep atau praduga
atau teori yang dimilikinya. Peneliti etnogragi juga perlu mempertimbangkan
aspek-aspek lain yang mungkin belum terkover dalam unsur-unsur budaya tersebut.
Kecuali itu, peneliti juga perlu menggunakan skala prioritas. Artinya, unsur
mana yang menjadi titik perhatian, itulah yang dikemukakan lebih dahulu,
sedangkan unsur lain hanya penyerta.
Pelukisan etnografi dilakukan secara
tick deskription (deskripsi tebal dan
mendalam). Namun demikian, tebal di sini lebih merupakan formulasi ke
arah deskripsi yang mendalam, sehingga lukisan lebih berarti, bukan sekedar
data yang ditumpuk. Memang etnografi bercirikan kelengkapan data, namun pembahasan juga mengandalkan akal sehat.
Peneliti berusaha menangkap sepenuh mungkin informasi budaya menurut perspektif
orang yang diteliti. Penelitian etnografi sering diasumsikan sebagai penelitian
yang relatif lama, peneliti harus tinggal pada salah satu tempa, beradaptasi,
dan seterusnya. Hal ini memang ideal dilakukan, namun masalah waktu sebenarnya
sangat relatif.
Bahan-bahan etnografi berasal dari
masyarakat yang disusun secara deskriptif. Deskripsi data diharapkan secara
menyeluruh, menyangkut berbagai aspek kehidupan untuk meninjau salah satu aspek
yang diteliti. Deskripsi dipandang bersifat etnografis apabila mampu melukiskan
fenomena budaya selengkap-lengkapnya. Deskripsi etnografi menurut
Koentjaraningrat (1990:333) sudah baku, yaitu meliputi unsur-unsur kebudayaan
secara universal, yaitu bahasa, sistem
teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian dan
sistem religi. Namun demikian, deskripsi semacam ini tidak harus
dipenuhi semua. Sebab, ini lebih didasarkan pada unsur kebudayaan secara
universal, dan kalau peneliti ingin menyederhanakan pun sebenarnya tidak
dilarang. Peneliti boleh saja mengungkapkan sub bab tertentu ayng dipandang
spesifik dan langsung pada sasaran. Yang penting deskripsi menyeluruh dapat
tercapai.
Penetapan setting model etnografi
memerlukan strategi khusus, yaitu:
a) jadilah praktisi, artinya setting tidak perlu terlalu luas dan
terlalu sempit, yang penting mampu mewakili fenomena
b) upayakan
tempat yang asing dari peneliti, hal ini untuk lebih mampu mengambil jarak
dalam penelitian, tetapi juga memperhatikan kemudahan masuk tidaknya ke dalam
setting
c) ketiga,
jangan terlalu berpegang kaku pada rencana peneliti, rencana bisa berubah
setelah di lapangan
d) pikirkan sejumlah topik yang sulit dijangkau.
Dalam kaitan itu, pelukisan
etnografi mengenal dua desain penelitian yaitu:
1. studi
kasus dan
2. multiple
site and subject studies.
Penerapan studi kasus akan mencari
keunikan budaya pada wilayah tertentu. Penyimpangan-penyimpangan budaya yang
merupakan kasus spesial dan menarik, akan menjadi sorotan peneliti. Sedangkan
desain multiple site and subject studies cenderung untuk meneliti budaya dalam
skup luas. Peneliti dapat melukiskan budaya tertentu pada berbagai tempat. Dari
dua desain demikian, dapat dinyatakan bahwa etnografi adalah salah satu model
penelitian budaya yang mengangkat hal-hal khusus. Kekhususan penelitian budaya
adalah pada kemampuan memanfaatkan model etnografi sedetail mungkin
3.
Langkah-langkah
Etnografer
Sebagai sebuah model, tentu saja
etnografi memiliki karakteristik dan langkah-langkah tersendiri.Langkah yang dimaksud adalah seperti
dikemukakan Spradley (1997) dalam buku Metode Etnografi, sebagai berikut:
1. Menetapkan informan. Ada lima syarat
minimal untuk memilih informan, yaitu:
a) enkulturasi
penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik
b) keterlibatan
langsung, artinya
c) suasana
budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya
sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi
d) memiliki
waktu yang cukup
e) non-analitis.
Tentu saja, lima syarat ini merupakan idealisme, sehingga kalau peneliti
kebetulan hanya mampu memenuhi dua sampai tiga syarat pun juga sah-sah saja.
Apalagi, ketika memasuki lapangan, peneliti juga masih mendugaduga siapa yang
pantas menjadi informan yang tepat sesuai penelitiannya.
2. Melakukan wawancara kepada informan.
Sebailrnya dilakukan dengan wawancara yang penuh persahabatan. Pada saat awal
wawancara perlu menginformasikan tujuan, penjelasan etnografis (meliputi
perekaman, model wawancara, waktu dan dalam suasana bahasa asli), penjelasan
pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras). Wawancara
hendaknya jangan sampai menimbulkan kecurigaan yang berarti pada informan.
3. membuat
catatan etnografis.
Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal lapangan,
dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga sangat
fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu, melainkan
cukup sederhana saja. Yang penting, peneliti bisa mencatat jelas tentang
identitas informan.
4. mengajukan
pertanyaan deskriptif.
Pertanyaan ini digunakan untuk merefleksikan setempat. Pada saat mengajukan
pertanyaan, bisa dimulai dari keprihatinan, penjajagan, kerja sama, dan
partispasi. Penjajagan bisa dilakukan dengan prinsip: membuat penjelasan
berulang, menegaskan kembali yang dikatakan informan, dan jangan mencari makna
melainkan kegunaannya.
5. melakukan
analisis wawancara etnografis.
Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna yang disampaikan informan. Tugas
peneliti adalah memberi sandi simbol-simbol budaya serta mengidentifikasikan
aturan-aturan penyandian dan mendasari.
6. membuat
analisis domain.
Peneliti membuat istilah pencakup dari apa yang dinyatakan informan. Istilah
tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas. Contoh domain, caracara
untuk melakukan pendekatan yang berasal dari pertanyaan: “apa saja cara untuk
melakukan pendekatan”.
7. mengajukan
pertanyaan struktural.
Yakni, pertanyaan untuk melengkapi pertanyaan deskriptif. Misalkan, orang tuli
menggunakan beberapa cara berkomunikasi, apa saja itu?
8. membuat
analisis taksonomik. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang telah
diajukan. Ada lima
langkah penting membuat taksonomi,
yaitu: (a) pilih sebuah domain analisis taksonomi, misalkan jenis penghuni
penjara (tukang peluru, tukang sapu, pemabuk, petugas elevator dll.), (b)
identifikasi kerangka substitusi yang tepat untuk analisis, (c) cari subset di
antara beberapa istilah tercakup, misalkan kepala tukang kunci: tukang kunci,
(d) cari domain yang lebih besar, (f) buatlah taksonomi sementara.
9. mengajukan pertanyaan kontras. Kita
bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda,
seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, simpanan, dan sebagainya.
10. Analisis komponen sebaiknya
dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Hal ini untuk menghindari manakala
ada hal-hal yang masih perlu ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada
informan.
11. Kesebelas, menemukan tema-tema budaya.
Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi.
Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya, berarti
keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti
mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak
dikemukakan peneliti sebelumnya.
12. menulis etnografi. Menulis etnografi
sebaiknya dilakukan secara deskriftif, dengan bahasa yang cair dan lancar. Jika
kemungkinan harus berceritera tentang suatu fenomena, sebailrnya dilukiskan
yang enak dan tidak membosankan pembaca.
Penentuan informan kunci juga
penting dalam penelitian etnografi. Informan kunci dapat ditentukan menurut
konsep Benard (1994:166) yaitu orang yang dapat berceritera secara mudah, paham
terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan informasi
kepada peneliti. Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat
dengan terhormat dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian. Orang
semacam ini sangat dibutuhkan bagi peneliti etnografi. Orang tersebut
diperlukan untuk membukan jalan (gate keeper) peneliti berhubungan dengan
responden, dapat juga berfungsi sebagai pemberi
ijin, pemberi data, penyebar ide, dan perantara. Bahkan, akan lebih baik
apabila informan kunci mau memperkenalkan peneliti kepada responden, agar tidak
menimbulkan kecurigaan.
Bagi peneliti memang tidak mudah
menentukan informan kunci. Karena itu, berbagai hal perlu dipertimbangkan agar
jendela dan pintu masuk peneliti semakin terbuka dan peneliti mudah dipercaya
oleli responden. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan informan
kunci, antara lain:
a) orang yang bersangkutan memiliki
pengalaman pribadi tentang masalah yang diteliti,
b) usia telah dewasa,
c) sehat jasmani rohani,
d) bersikap netral, tidak memiliki
kepentingan pribadi, dan
e) berpengetahuan luas. Pada saat
etnografer ke lapangan, mengambil data, mereka akan mendengarkan dan mengamati
langsung maupun berperan serta, lalu mengambil keksimpulan. Setiap langkah
pengambilan data akan disertai pengambilan kesimpulan sementara.
Pemilihan informan kunci ada
strategi khusus, antara lain dapat melalui empat macam cara, sebagai berikut:
a) secara
insidental, artinya
peneliti menemui seseorang yang sama sekali belum diketahui pada salah satu
wilayah penelitian. Tentu cara semacam ini kurang begitu menguntungkan, tetapi
tetap strategis dilakukan. Peneliti bisa menyamar sebagai pembeli atau penjual
tertentu ke suatu wilayah. Yang penting, sikap dan perilaku peneliti tidak
menimbulkan kecurigaan
b) menggunakan modal orang-orang yang
telah dikenal sebelumnya. Peneliti berusaha menghubungi beberapa orang, mungkin
melalui orang terdekat. Cara ini dipandang lebih efektif, karena peneliti bisa
mengemukakan maksudnya lebih leluasa. Melalui orang dekat tersebut, peneliti
bisa meyakinkan bahwa penelitiannya akan dihargai
c) sistem
quota, artinya innforman kunci telah
dirumuskan kriterianya, misalkan ketua organisasi, ketua RT, dukun dan sebagainya.
d) secara
snowball, artinya informan kunci dimulai
dengan jumlah kecil (satu orang), kemudian atas rekomendasi orang tersebut,
informan kunci menjajdi semakin besar sampai jumlah tertentu. Informan akan
berkembang terus, sampai memperoleh data jenuh.
Dari cara-cara tersebut, peneliti
dapat memilih salah satu yang paling cocok. Pemilihan didasarkan pada aspek
kemudahan peneliti
memasuki setting dan pengumpulan
data. Jika cara yang telah ditempuh gagal, peneliti boleh juga menggunakan
cara yang lain sampai diperoleh data yang mantap.
0 Comments