Sebuah kata-kata akan dimengerti apabila sudah mengetahui
pengertian atau definisi dari kata-kata tersebut. Dalam hal ini ada dua segi
untuk mengetahui sebuah definisi yaitu segi kebahasaan (Etimologi) dan
segi istilah (Terminologi).
Pengertian
I’jaz secara etimologi yaitu bahwa I’jaz berasal dari bahasa arab :
yang memiliki arti melemahkan, membuktikan kelemahan,
menetapkan kelemahan atau menjadikan tidak mampu. Apabila I’jaz ini berhasil
(membuktikan kelemahan ) maka nampaklah kekuatan mu’jiz (sesuatu yang
melemahkan).
Secara
terminologi I’jaz berarti :
“ Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang
rasul, dengan memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya terhadap
mu’jizat yang kekal yaitu al qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang
sesudah mereka”.
Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan I’jaz al qur’an adalah nilai kemu’jizatan yang terdapat dalam
alqur’an sehingga pada pembahasan I’jaz al qur’an tidak akan jauh berbeda
dengan pembahasan alqur’an sebagai mu’jizat.
2. Bentuk-bentuk Ijaz
dalam Al-Qur’an.
Ijaz al-Qur’an dalam melemahkan manusia untuk mendatangkan sepadan dengan al-Qur’an
terdiri dari aspek lafziah (morfologis), maknawiyah (semantik)
dan ruhiyah (psikologis), semuanya bersandarkan (interchangeable)
dan bersatu, sehingga melemahkan manusia untuk menandinginya
Ijaz al-Quran bersifat zaty (essensial), bukan bersifat relatif
(idhafy) dan bukan karena sesuatu yang keluar darinya dan juga bersifat
universal sesuai dengan universalitas al-Qur’anBerikut ini bentuk-bentuk Ijaz
al-Qur’an yang telah dapat dicapai oleh akal manusia dan telah diungkapkan
para ulama, yaitu :
· Keharmonisan uslub bahasanya,
keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya, maknanya, hukumnya dan teorinya.
Betapa menakjubkan rangkaian
al-Qur’an dan betapa indah susunannya. Tidak ada kontradiksi dan perbedaan di
dalamnya, padahal al-Qur’an membeberkan banyak segi yang dikandungnya, seperti
kisah dan nasehat, argumentasi, hikmah dan hukum, tuntutan dan peringatan,
janji dan ancaman, kabar gembira dan berita duka serta akhlak mulia dan
sebagainyaAbdurrazaq Nawfal dalam al-Ijaz al-Adaby li al-Qur’an al-Karim mengemukakan
tentang keharmonisan dan keseimbangan ushlub bahasa al-Qur’an sebagai berikut
· Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya, seperti :
ü Al-hayah (hidup) dan al-mawt
(mati) masing-masing sebanyak 145 kali.
ü Al-Naf’u (manfaat) dan al-madharrah
(madarat) masing-masing sebanyak 50 kali.
ü Al-har (panas) dan al-bard (dingin)
masing-masing sebanyak 4 kali.
ü Al-rahbah (takut) dan al-raghbah
(harap) masing-masing sebanyak 8 kali.
ü Al-shaif (musim panas) dan al-syita
(musim dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.
· Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya, seperti
:
ü Al-harts dan al-zira’ah (membajak/
bertani) masing-masing sebanyak 14 kali.
ü Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan
diri/angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali.
ü Al-aql dan al-nur (akal/cahaya)
masing-masing sebanyak 49 kali.
ü
Al-jahr dan al-alaniyah
(nyata) masing-masing sebanyak 16 kali.
ü
Al-Qur’an, al-wahyu dan al-islam
masing-masing sebanyak 70 kali.
· Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya,
seperti :
ü Al-infaq (infak) dengan al-ridha
(kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali.
ü Al-bukhl (kikir) dengan al-hasarah
(penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali.
ü Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq
(neraka/pembakaran) masing-masing sebanyak 154 kali.
ü Al-zakat (zakat/penyucian) dengan al-barakah
(kebajikan yang banyak) masing-masing sebanyak 32 kali.
ü Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadab
(murka) masing-masing sebanyak 26 kali.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya,
seperti :
ü Al-israf (pemborosan) denan al-sur’ah
(ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali.
ü Al-mauidzah (nasihat) dengan al-lisan
(lidah) masing-masing sebanyak 25 kali.
ü Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang)
masing-masing sebanyak 6 kali.
ü Al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat
(kebajikan) masing-masing sebanyak 60 kali.
ü Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut ditemukan juga
keseimbangan khusus , yaitu :
ü Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali sebanyak
bilangan hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk
plural (ayyam) atau dua (yaumain) jumlah keseluruhannya
hanya 30 kali sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain kata yang
berarti bulan (syahr) hanya terdapat 12 kali sama dengan jumlah bulan
dalam setahun.
ü Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Penjelasan ini diulangi
sebanyak tujuh kali pula yaitu dalam al-Baqarah : 29, al-Isra : 44, al-Mu’minun
: 86, Fushilat : 12, al-Thalaq : 12, al-Mulk : 3 dan Nuh : 15. Selain itu
penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam 6 hari dinyatakan pula
dalam 7 ayat.
ü Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Allah , baik rasul, nabi,
basyir dan nazir keseluruhannya berjumlah 518 kali seimbang dengan
jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut yakni 518
kali.
Al-Qur’an diungkapkan dengan gaya bahasa dan
uslub bermacam-macam dengan pokok bahasan yang bermacam-macam pula yaitu bidang
aqidah, akhlaq dan pembentukan hukum Islam (syar’iyyah tasyri’iyyah),
yang satu sama lainnya tidak terdapat kontradiksi dan pertentangan. Allah swt.
telah memberi petunjuknya dalam Q.S. al-Nisa : 82 sebagai berikut :
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau
kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan
yang banyak di dalamnya.
Berdasarkan ayat di atas, seandainya kita temukan ada ayat al-Qur’an
yang lahirnya kontradiktif antara satu ayat dengan ayat lainnya, maka setelah
diadakan pembahasan dan penelitian, tampaklah keserasian dan keharmonisannya,
tidak ada kontradiksi di dalamnya. Seandainya al-Qur’an itu datang selain dari
Allah, niscaya akan didapatkan kontradiksi yang banyak di dalamnya.
Persesuaian ayat-ayat al-Qur’an menurut teori-teori yang
telah diungkapkan oleh ilmu pengetahuan dan isyarat-isyarat ilmiahnya.
Semua persoalan atau kaidah ilmu pengetahuan
yang telah mantap dan meyakinkan merupakan manipestasi dari pemikiran valid
yang dianjurkan al-Qur’an tidak ada kontradiksi sedikitpun dengannya. Ilmu
pengetahuan telah maju dan telah banyak melahirkan kemajuan yang spektakuler
yang tidak ada pertentangan dengan al-Qur’an. Ini merupakan ijaz al-Qur’anAl-Qur’an
menjadikan pemikiran lurus dan perhatian tepat terhadap alam dan
segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar agar makin mantap dan
kuat nilai keimanan kepada Allah swt.
Al-Qur’an mendorong manusia agar memikirkan
makhluk-makhluk Allah yang ada di langit dan di bumi, memikirkan dirinya
sendiri, bumi yang ditempatinya dan alam yang mengitarinya al-Qur’an
membangkitkan kesadaran ilmiah pada setiap diri manusia untuk memikirkan,
memahami dan menggunakan akal Allah mengumpulkan ilmu falak, botani, geologi
dan zoologi sebagai pendorong rasa takut kepada Allah
Demikianlah ijaz al-Qur’an secara ilmiah
terletak pada dorongannya kepada umat manusia untuk berfikir disamping
membukakan kepada mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak masuk ke dalamnya
dan menerima segala ilmu pengetahuan yang baru yang mantap dan stabil.
Disamping hal-hal di atas, di dalam al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat
ilmiah yang diungkapkan dalam kontek hidayah, misalnya :
a.
Perkawinan tumbuh-tumbuhan itu ada yang zati yaitu tumbuh-tumbuhan
yang bunganya mengandung organ jantan dan betina (putik dan benang sari) dan
ada yang khalti yaitu tumbuh-tumbuhan yang organ jantannya terpisah dari
organ betina seperti pohon kurma, sehingga perkawinannya melalui pemindahan dan
sarana pemindahannya adalah angin. Penjelasan ini terdapat dalam al-Qur’an
Surat al-Hijr : 22 :
Artinya : Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan
(tumbuh-tumbuhan).
b.
Oksigen sangat penting bagi pernafasan manusia dan oksigen tiu berkurang pada
lapisan-lapisan udara yang tinggi. Semakin tinggi manusia berada di lapisan
udara, maka ia akan merasakan sesak dada dan sulit bernafas. Firman Allah dalam
al-Qur’an urat al-An’am : 125 :
Artinya : Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang
mendaki ke langit
c.
Langit dan bumi dulunya berasal dari satu gumpalan (kesatuan kosmos) kemudian
terjadi ledakan dahsyat (big bang) yang membuatnya terpecah-pecah menjadi
beberapa planet dan kehidupan membutuhkan air. Firman Allah dalam al-Qur’an
Surat al-Anbiya : 30?
Artinya : Tidakkah orang-orang kafir melihat bahwa langit dan bumi
itu dulunya merupakan satu yang padu kemudian kami pisahkan keduanya dan Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup itu dari air, maka mengapakah mereka tidak
beriman.
Demikian pula diisyaratkan bahwa cahaya
matahari bersumber dari dirinya, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dari
cahaya matahari). Jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria sedangkan wanita
sekedar mengandung karena mereka hanya bagaikan ladang dan banyak lagi
isyarat-isyarat ilmiah yang disebutkan al-Quran yang tidak penulis
paparkan dalam makalah singkat ini.
Isyarat-isyarat ilmiah dan yang serupa
dengannya yang terdapat dalam al-Qur’an itu datang dalam kontek petunjuk Ilahi
(hidayah ilahiyah) dan akal manusia boleh mengkaji dan
memikirkannyaPemberitaan-pemberitaan ghaib yakni memberitahukan hal-hal
kejadian yang tidak diketahui kecuali oleh Allah swt. Yang Maha Mengetahui
hal-hal yang ghaib.
Al-Qur’an telah memberitakan mengenai
terjadinya kejadian-kejadian pada masa yang akan datang yang tidak diketahui yang
tak seorangpun mengetahui hal itu, seperti Firman Allah dalam al-Qur’an surat
al-Rum : 1-4 :
Artinya : Alif lam mim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi di negeri
terdekat dan mereka sudah dikalahkan akan menang dalam beberapa tahun lagi.
Al-Qur’an telah menceriterakan bangsa-bangsa
terdahulu yang tidak meninggalkan bekas ataupun tanda (prasasti) yang
mengandung beritanya. Hal ini adalah bukti bahwa al-Qur’an di sisi Allah yang
tidak tersembunyi untuk masa sekarang, masa lampau dan masa yang akan datang. Allah
swt. memberi petunjuk dalam Q.S. Hud : 49 :
Artinya : Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang
ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), kamu tidak pernah mengetahuinya
dan tidak ( pula) kaummu sebelum ini.
Dalam hal ini seperti kisah Fir’aun yang
mengejar-ngejar Nabi Musa as. dan kaumnya dan tenggelam di laut merah,
tetapi badan Fir’aun diselamatkan sebagaimana diberitakan dalam Q.S. Yunus : 92
Artinya : Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu agar kamu
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu.
d.
fashahan lafaz al-Qur’an, Kebalaghahan bahasanya dan Kekuatan Pengaruhnya.
Di dalam al-Qur’an tidak terdapat lafaz yang
tidak enak untuk didengar (tidak memenuhi sasaran) atau tanafur
(kekacauan susunan). Ungkapan gaya bahasanya yang relevan dengan situasi dan
kondiisi telah mencapai ukuran balaghah (sastra) yang tertinggi. Hal ini
akan lebih jelas dan terasa bagi orang yang memiliki dzauq Arabi (daya
rasa bahasa Arab) dalam beberapa kata tasybih (kata-kata yang relatif)
di dalam al-Qur’an, beberapa kalam matsal (kalimat ungkapan), beberapa hujjah
(argumentasi), mujadalah (dialog-dialog) dan dalam menetapkan
pedoman-pedoman yang benar atau di dalam menghinakan orang yang berbuat bathil
dan dalam mengungkapkan tiap-tiap makna (amanat) dan tujuan yang dimaksudkan.
Adapun kekuatan pengaruhnya terhadap jiwa
sekaligus penguasaannya secara maknawi (spiritual) terhadap jiwa dan hati, bisa
dijiwai oleh setiap orang yang meresapi, yang mempunyai ketajaman daya tangkap
mata hati.
0 Comments