Surat untuk Era



Surat untuk Era

Dimana pun engkau berada, engkau berpijak engkau bernafas semoga angin yang ku titipkan salam dan surat ini bisa menemukan keberadaan mu .

Aku telah berjalan lebih dari apa yang pernah kamu katakan dulu, aku datang melalui seribu jembatan di negeri ini , aku berlari kesakitan mengejar satu demi satu embun yang menempel di atas debu yang kering kala pagi untuk ku simpan menyejukkan panasnya api , tajamnya duri.

Aku tidak pernah percaya akan mentari yang hilang akan kembali esok pagi lagi dengan warna yang sama , itu tidak mungkin terjadi , matahari telah berkecamuk ,pantulan pantulan bara api tidak mampu ku siram lagi dengan air embun ini .

Engkau begitu indah untuk di kenang, aku masih mengingatnya , pertama kali kau ucapkan kau akan selalu menunggu, tetapi lautan telah menjadi samudra  , sungai telah menjadi lautan engkau hanya lah serpihan ombak di tepi pantai yang kering kala matahari datang , engkau hanya mengingat duri yang ku tanjapkan , tapi engkau tidak pernah mengingat pedang yang kau tanjapkan di dada ini , aku hampir mati jika aku trus mengingatmu.

Engkau lebih mudah minum dengan gelas  tapi engkau tidak pernah tahu gelas yang kau buatkan itu .tapi Lebih baik ditinggalkan, karena yg di tinggalkan tetap dalam lingkaran, tetap dengan janji, jangan terlalu sering keluar dari lingkaran, nanti terbiasa menanam duri ditubuh sendiri. orang disekitar pun ikut berdarah .

Tapi hari ini aku putuskan lingkaran itu untuk selamanya .....

Angin jika engkau telah bertemu dengannya  Jangan pernah katakan kalo aku pernah menangis karena nya .

Meranti , 7 mei 2016

Habib Al Haqqi

0 Comments

Tag Terpopuler