1.
Pemberdayaan
Komunikasi Politik
Pemberdayaan pada dasarnya
adalah cara
untuk melaksanakan kerjasama dalam organisasi sehingga semua orang
berpartisipasi penuh. Dalam organisasi yang sudah diberdaya-kan para pelaksana
(dosen, teknisi, pegawai administrasi, pustakawan, laboran, dsb) merasa
bertanggung-jawab tidak hanya tentang pekerjaan yang dikerjakannya, tetapi juga
tentang keseluruhan perguruan tingginya agar dapat berfungsi secara lebih baik.
Tim-tim yang telah diberdayakan akan bekerjasama memperbaiki kinerja mereka
secara berkelanjutan, mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang tinggi.
Setelah pemberdayaan perguruan tinggi akan terstruktur sedemikian rupa hingga
orang-orang merasa bahwa mereka dapat mencapai hasil-hasil sebagaimana mereka
harapkan, mereka dapat melakukan apa yang perlu mereka lakukan, dan tidak
sekedar dapat melakukan apa yang mereka diperintah untuk melakukannya, dan
mereka menerima penghargaan atas apa yang mereka lakukan itu.
Sedangkan
secara sederhana komunikasi politik dalah komunikasi yang melibatkan
pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,
pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah
ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik
juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang
diperintah”.
Mengkomunikasikan
politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa
saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran
jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang
sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Proses pemberdayaan itu pada
dasarnya yaiut yang mengandung dua kecenderungan.
Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya.
Sedangkan Sistem
politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif
atau pendekatan sistem melihat
keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif
terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap di antara
elemen-elemen pembentuknya.
Kehidupan politik dari perspektif
sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada
kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai
lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai
lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek,
sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian
lain dari suatu sistem politik. Dengan mengubah sudut pandang maka sistem
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik,
lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.
Jadi
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog”.Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga
masyarakat berdaya yaitu:
- Mampu
memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan)
- Mampu
mengarahkan dirinya sendiri
- Memiliki
kekuatan untuk berunding
- Emiliki
bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
- Bertanggungjawab
atas tindakannya.
3. Perlunya
pemberdayaan
Pemberdayaan
diperlukan karena 2 hal, yaitu :
1)
Karena lingkungan eksternal telah berubah sehingga mengalihkan cara
bekerjadengan orang di dalam organisasi bisnis.
2)
Karenaorangnya sendiri berubah. Sejak lama manager memandang orangsebagai
sumberdaya yang paling berharga.Jadi, keamanan dan kesuksesan suatu organisasi
lebih tergantung padakecerdasan dan bakat sumberdaya manusianya. Karenanya
setiap organisasi perlumengembangkan kualitas sumberdaya manusianya dengan
pendekatan parisipasif,memberikan kepercayaan kepada bawahannya.Karenanya
setiap organisasi perlu selalu mengembangkan kualitassumberdaya manusianya
dengan pendekatan partisipasif, memberikan kewenangan dankepercayaan kepada
bawahan.
4.
Hambatan Terhadap Pemberdayaan Banyak terdapat organisasi-organisasi yang gagal
memperbaiki diri karenamanager yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan
perubahan tidak peduli atas masalahyang dihadapi. Sementara itu orang yang
berada di garis depan yang memahami persoalannya, tidak memiliki wewenang
untuk melaksanakan atau melakukan sesuatu. Untuk memberdayakan bawahannya manager harus mempercayai
kemampuanmereka untuk menyelesaikan suatu
masalah. Begitu juga sebaliknya sebagai bawahan jugaharus mempercayai
dan menghargai managernya. Dan sebelum hal tersebut terjadi, manajer harus
percaya bahwa pemberdayaan adalah mungkin dan bermanfaat.
0 Comments