Pengantar
Saat
ini, komunikasi telah memegang peranan yang penting dalam kehidupan. Untuk
mempermudah dalam mempelajari komunikasi, maka elemen-elemen dalam komunikasi
terakumulasi dalam berbagai teori komunikasi. Walau teori komunikasi bersifat
spesifik karena hanya menekankan pada suatu fenomena, namun bukan berarti teori
tersebut tidak dapat digunakan untuk fenomena yang berbeda. Karena itu, teori komunikasi haruslah bersifat general.
Selain menyoroti satu fenomena, tetapi juga mempengaruhi fenomena lain dan
dapat menerjemahkan fenomena komunikasi tersebut.
Sejauh
ini, teori komunikasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal itu
terjadi seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para
ahli dalam studi komunikasi. Para ahli telah menciptakan bermacam-macam teori
komunikasi, namun ada beberapa teori yang cenderung bertentangan satu sama
lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sudut pandang diantara para ahli
dalam melihat suatu fenomena komunikasi.
Untuk
memudahkan dalam mempelajari teori komunikasi yang sangat bervariasi itu,
beberapa ahli mulai memetakan teori-teori tersebut. Katherine Miller dalam Communication
Theories: Perspectives, Processes, and Contexts mengelompokannya ke dalam
teori komunikasi berbasis proses dan teori komunikasi berbasis konteks.
Sedangkan dalam bukunya Theories of Human Communication, Stephen W.
Littlejohn lebih mengelompokkan teori-teori tersebut menurut elemen-elemen
teori inti komunikasi. Apapun teori komunikasi yang ada baik yang membahas
teori komunikasi interpersonal ataupun tentang media, pasti membahas
elemen-elemen ini. Walaupun dalam kenyataannya, tidak ada satu teori yang
membahas semua elemen. Pada makalah kali ini, kami akan membahas pemetaan
Littlejohn tentang perkembangan inti teori komunikasi yang memuat lima elemen
dasar yang bisa dikatakan mendasari teori-teori komunikasi yang ada.
Inti Teori
Komunikasi
Beberapa teori komunikasi
hanya membahas aspek-aspek khusus dari komunikasi seperti teori komunikasi
tentang komunikasi interpersonal, kelompok, organisasi, komunikasi interaktif,
komunikasi antarbudaya, serta komunikasi massa. Namun, tidak semua teori
komunikasi membahas aspek-aspek khusus tersebut. Beberapa teori komunikasi
lebih terfokus pada proses dan konsep umum dalam komunikasi. Maka dari itu,
teori komunikasi ini disebut inti teori komunikasi.
Littlejohn
(2002:15) mengatakan bahwa teori komunikasi mempunyai inti teori yang mencakup
proses-proses dan konsep umum dalam komunikasi. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, berbagai teori komunikasi yang ada pasti memuat beberapa elemen
umum ini Littlejohn juga menambahkan bahwa inti teori komunikasi penting karena
akan membantu kita memahami komunikasi secara umum. Inti teori juga memberikan
pandangan yang jelas tentang proses yang berlangsung kapanpun komunikasi
terjadi.
Inti
teori komunikasi ini meliputi lima elemen, yaitu:
1. Produksi
pesan
Produksi pesan
merupakan cara penyampaian pesan dalam konteks interaksi dan kultural. Elemen ini menjelaskan bagaimana kita menciptakan
apa yang kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain. Di samping itu,
tujuan dari produksi pesan juga menjadi dasar penting untuk elemen ini. Di
balik produksi pesan biasanya ada kepentingan-kepentingan yang mempengaruhinya
(aspek politis). John Fiske (2004:10) juga menegaskan bahwa tujuan (intention)
merupakan faktor yang krusial dalam memutuskan apa yang membentuk sebuah pesan.
Ia juga menambahkan tujuan pengirim mungkin dinyatakan atau tidak dinyatakan,
disadari atau tidak disadari. Tujuan ini bisa tujuan informatif, persuasif,
kontrol, dan lain-lain tergantung kepentingan apa yang melatarbelakanginya.
Sebelum kita menyampaikan
pesan kepada orang lain, kita akan terlebih dahulu memproduksi pesan tersebut
dalam pikiran kita. Produksi pesan ini melibatkan proses mental di dalamnya,
yaitu apa yang kita pikirkan sebelum pada akhirnya mengkomunikasikannya kepada
orang lain. Hasil dari proses produksi pesan tersebut dapat disampaikan baik
secara verbal maupun non-verbal. Selain itu, perbedaan budaya memberi pengaruh
besar dalam proses produksi pesan. Bahkan kesalahpahaman dalam komunikasi bisa
saja terjadi bukan karena kesalahan dalam produksi pesan ataupun intepretasi,
tapi perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Kebudayaan yang berbeda
akan menghasilkan pesan yang berbeda pula karena perbedaan budaya mempengaruhi
proses produksi pesan. Misalnya saja, dalam meminta pertolongan, budaya Jawa
akan lebih cenderung berbasa-basi terlebih dahulu baru mengutarakan maksudnya,
sementara budaya Batak cenderung langsung ke pokok permasalahan.
2.
Interpretasi dan penyampaian makna.
Interpretasi dan
penyampaian makna ini menekankan pada proses pikiran memahami pesan dan
timbulnya makna dari interaksi yang terjadi dengan orang lain serta pengaruh
budaya (Littlejohn, 2002:15). Interpretasi dan pemaknaan merupakan hal yang
cukup penting mengingat komunikasi itu sendiri tergantung kepada bagaimana
suatu pesan dapat dimengerti dan dinilai (Littlejohn, 2002:139). Komunikasi
akan berjalan lancar jika komunikator dan komunikan memiliki interpretasi yang
sama. Tanpa adanya kesamaan dalam menafsirkan pesan, maka tujuan komunikasi
tidak akan tercapai. Seperti halnya dalam proses produksi pesan, perbedaan
budaya juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam penginterpretasian
pesan. Suatu pesan mungkin akan ditafsirkan berbeda dalam budaya yang berbeda
pula. Dalam Deddy Mulyana (2007:333) ada sebuah anekdot yang bisa menggambarkan
bagaimana perbedaan penafsiran pesan akibat perbedaan budaya dapat menimbulkan
kesalahpahaman diantara komunikator.
Suatu hari seorang istri pejabat asal Jawa
berbelanja di pasar gotong royong di Ambon. Melihat tumpukan buah durian yang
baunya merangsang dan harganya relatof murah, ibu pejabat itu bermaksud untuk
membelinya. Sang ibu bertanya baik-baik, “Duriannya manis apa tidak?” Si
penjual durian menjawab dengan acuh, “Seng tahu beta, seng ada dalam durian”
(“Nggak tahu, saya tidak berada dalam durian”). Sang ibu pejabattersinggung dan
marah, lalu terjadi adu mulut. Untung sopir ibu pejabat melerai dan mengajak
sang ibu pergi dan membeli durian di tempat lain. Sang ibu pejabat sebagi orang
baru rupanya belum tahu adat dan sifat orang Ambon. Sebenarnya si penjual
durian tidak bermaksud meremehkan ibu pejabat tadi, tetapi setengah bercanda
sebagai bahasa lingkungan pasar setempat.”
Dari anekdot di atas, terlihat jelas bahwa
interpretasi dan pemaknaan yang berbeda terhadap suatu pesan akibat perbedaan
budaya ternyata berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
3 Struktur pesan.
Struktur pesan secara umum
memuat elemen pesan, susunan pesan atau bagaimana pesan-pesan tersebut
diorganisasikan. Maksudnya adalah bagaimana pesan disusun atau
diorganisasikan agar pesan tersebut efektif. Pesan-pesan juga diatur dan
digabung agar mempunyai makna tertentu sehingga dapat dimengerti oleh orang
lain. Inti teori ini terdiri dari elemen-elemen yang terkandung dalam pesan
baik yang tertulis, lisan maupun bentuk-bentuk nonverbal. (Littlejohn,
2002:15).
4
Dinamika interaksi.
Dinamika interaksi
memaparkan relasi dan ketergantungan diantara para komunikator. Dalam
berkomunikasi, seorang komunikator membutuhkan orang lain untuk merespon dan juga memberi feedback atas
pesan yang telah disampaikannya. Begitu juga sebaliknya, seorang komunikan bisa
berganti peran menjadi komunikator ketika dirinya menjadi pihak yang
menyampaikan informasi kepada lawan bicaranya. Jadi, di sini bisa dikatakan
bahwa masing-masing pelaku komunikasi memiliki peran ganda, baik sebagai
komunikator maupun komunikan. Selain itu, dinamika interaksi juga menyinggung
tentang proses bersama diantara komunikator dalam melahirkan wacana dan juga
makna. Dalam berinteraksi dengan orang lain, pemaknaan pesan akan muncul dari
kedua belah pihak. Ini mencakup proses
memberi dan menerima, produksi dan penerimaan diantara peserta transaksi
komunikasi, peserta itu bisa individu maupun kelompok (Littlejohn, 2002:15).
5 Dinamika
institusi dan masyarakat.
Unsur terakhir dalam inti
teori komunikasi merupakan dinamika institusi dan masyarakat yang menjelaskan
cara kekuasaan dan sumberdaya didistribusikan dalam masyarakat, cara budaya
diproduksi, interaksi antar bagian masyarakat. Budaya merupakan hasil dari interaksi
dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat. (Littlejohn, 2002:15).
Tidak ada satupun teori
komunikasi yang dapat mencakup kelima elemen di atas. Walaupun ada satu atau
lebih elemen yang termasuk dalam suatu teori, elemen-elemen lain mungkin
terpengaruh karena adanya hubungan-hubungan antara satu sama lain. Misalnya
teori tentang produksi pesan berbasis produksi dan resepsi pesan. Selain
membahas elemen produksi pesan, namun juga berkaitan dengan interpretasi pesan.
Bagaimana kita memproduksi pesan yang dapat diinterpretasikan dengan mudah oleh
orang lain.
Elemen-Eleman Inti Teori Komunikasi dalam Teori Agenda
Setting
Teori Agenda Setting
dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau
tulisan yang akan disiarkannya, sehingga media masa cenderung mengarahkan
perhatian kita pada masalah atau isu-isu tertentu. Elemen-elemen yang ada pada
teori ini antara lain adalah produksi pesan, struktur pesan, interpretasi dan
penggalian makna. Produksi pesan disini adalah bagaimana media menyaring berita
yang akan dipublikasikan. Bagaimana media menentukan berita mana yang penting
untuk disiarkan kepada publik. Sedangkan yang dimaksud struktur pesan adalah
cara media menyusun sebuah pesan agar terlihat penting dan bernilai sebagai
berita. Selain itu media juga membuat agar pesan tersebut diinterpretasikan
sama dengan yang dimaksud oleh media. Elemen terakhir adalah interpretasi dan
penggalian makna. Interpretasi publik berbeda satu sama lain. ada kelompok
publik yang menanggapi berita dengan sikap skeptis, ada pula yang cenderung
hanya mengikuti “arus” saja.
Misalnya dalam kasus kematian
mantan presiden Soeharto. Pada saat itu, terlihat dengan jelas bahwa berita
tentang kematian Soeharto menyita seluruh perhatian media baik cetak maupun
elektronik yang menjadikan berita itu sebagai berita utama dalam beberapa hari
ke depan. Di sini media memegang peran dalam menentukan atau men-setting berita
tersebut sebagai berita yang dianggap penting. Melalui media inilah masyarakat
merasa bahwa saat itu, berita yang paling penting adalah berita tentang
kematian mantan presiden Soeharto. Masyarakat cenderung mengesampingkan berita
atau peristiwa lain yang terjadi pada saat yang sama. Hal itu terjadi karena
saat itu media lebih memfokuskan pada berita kematian Soeharto. Sehingga apa
yang luput dari perhatian media cenderung diabaikan oleh masyarakat luas.
Seolah-olah peristiwa yang tidak disiarkan atau tidak mendapatkan perhatian
yang intens dari media adalah sesuatu yang tidak penting untuk diketahui
masyarakat luas.
Dalam memproduksi pesan, media
akan menyaring dan memilah mana berita yang akan diperhatikan masyarakat. Pada
saat itu, media cenderung menampilkan sisi positif dari sosok seorang Soeharto.
Informasi-informasi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga seakan-akan bisa
“mencuci otak” masyarakat dan membuat masyarakat percaya bahwa memang berita
inilah yang penting pada saat itu. Walaupun begitu, setiap orang mungkin
memiliki pandangan yang berbeda dalam menginterpretasikan informasi tersebut.
Hal itu tergantung pada tingkat kekritisan setiap individu dalam menyikapi
media. Karena pada kenyataannya dewasa ini, agenda setting yang
dilakukan oleh media cenderung bersifat melebih-lebihkan. Sehingga mungkin saja
berita yang disiarkan oleh media sebenarnya tidak sepenting kelihatannya.
Penutup
Pada dasarnya perkembangan
inti teori komunikasi merupakan konsep umum dari teori-teori komunikasi yang
ada. Inti teori komunikasi meliputi lima elemen yang tampaknya terpisah namun
sebenarnya saling terkait dan saling mempengaruhi.
0 Comments